Kewirausahaan copy 4

Kewirausahaan copy 4

Course modified date: 6 Mar 2021

Kewirausahaan adalah matakuliah yang bertujuan meningkatkan kecakapan dan keterampilan mahasiswa khususnya dalam membangkitkan dan mengembangkan jiwa-jiwa wira usaha pada mahasiswa, hingga akan muncul wira usaha-wirausaha baru. Di Program Studi Pendidikan Bahasa Bali, mahasiswa diajarkan dan dikenalkan pada berbagai ranah sastra dan budaya warisan masyarakat Bali yang sekiranya memiliki potensi ekonomis guna dikembangkan menjadi profesi alternatif bagi siswa Ps. PBB.

Bahasa Jawa Kuna

Bahasa Jawa Kuna

Course modified date: 6 Mar 2021

Bahasa Kawi yang oleh sarjana Javanologi juga disebut dengan nama Bahasa Jawa Kuna adalah sebuah bahasa yang walaupun dalam kenyataannya telah “mati” namun tetap mampu menunjukkan dayatarik yang luar biasa untuk dipelajari, terutama bagi orang-orang yang duduk dibangku kuliah jurusan bahasa yang banyak mendapatkan pengaruh dari bahasa ini, seperti Bahasa Jawa (baru) dan Bahasa Bali. Bahasa Jawa Kuna juga dianggap sangat penting bagi orang-orang yang hendak mempelajari Agama Hindu di Nusantara karena banyak teks Hindu yang ditulis dengan bahasa ini pun juga Bahasa jawa kuna sangat penting dipelajari oleh para pecinta dan penghayat sastra-sastra Kawi, seperti pamangku, undagi, dalang, balian usadha serta para penggandrung “pasantian” di Bali, hal ini disebabkan oleh sebagian besar dari teks-teks acuan mereka menggunakan bahasa jawa kuna sebagai media verbalnya dan tetap dipertahankan hingga kini. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Bali Undiksha juga penting memahami tentang “kawi” dari sejarah kebahasaaanya, tata bahasa dan sastranya.

Alih Aksara Bali

Alih Aksara Bali

Course modified date: 5 Mar 2021

Memiliki kemampuan mengalih aksarakan teks aksara bali ke aksara latin

Widia Sastra Bahasa Inggris

Widia Sastra Bahasa Inggris

Course modified date: 5 Mar 2021

https://docplayer.info/89610958-Kesusastraan-bali-purwa.html

 

Pertemuan I

Kesusastraan Bali Purwa *) Oleh: Dr. I Wayan Suardiana, M.Hum. (*) I. Pendahuluan Keberadaan kesusastraan Bali sampai saat ini merupakan sejarah yang cukup panjang. Sejarah dimaksud, erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Bali dalam menjaga warisan leluhurnya demi menata kehidupan yang lebih baik sehingga mampu menjawab tantangan zaman. Sebelum memasuki pokok persoalan yang ingin dijawab tulisan ini, selanjutnya akan diuraian sekilas tentang ruang lingkup kesusastraan Bali itu sendiri. Bila kita cermati dan ikuti pembagian dari beberapa pemerhati kesusastraan Bali sebagaimana pula halnya kesusastraan lainnya di Nusantara (tradisional pun modern)- ada beberapa sudut pandang yang digunakan untuk melihat pembagian kesusastraan Bali. I Gusti Ngurah Bagus dan I Ketut Ginarsa membagi kesusastraan Bali itu menjadi dua, yaitu (1) Kesusastraan Bali Purwa dan (2) Kesusastraan Bali Anyar. Selanjutnya Kesusastraan Bali Purwa dibagi lagi menjadi dua bagian, yakni: (a) Kasusastran Gantian (satua, folklor atau cerita rakyat) dan (b) Kasusastran Sesuratan (tulis). Pada bidang kesusastraan Bali purwa yang tergolong kedalam Kasusastran Gantian ini dimasukkan unsur saa (ucapan-ucapan magis); mantra-mantra; gegendingan (nyanyian anak-anak), wewangsalan (tamsil), cecimpedan (teka-teki) serta cerita rakyat (satua) (1978: 4). Pembagian ini tanpa memberi penjelasan lebih lanjut tentang pembagian kesusastraan dalam bentuk sesuratan (tulisnya) di satu sisi dan kesusastraan Bali anyar (modern) di sisi yang lain. Di pihak lain, Agastia yang pada dasarnya mempertegas- pembagian yang disampaikan Bagus di atas, memberikan pembagian kepada kesusastraan Bali lisan klasik menjadi dua bentuk, *) Paper yang dipersembahkan kepada Guru-guru Bahasa Bali se-bali (*) Dosen Program Studi Sastra Bali, Fakultas Ilmu Budaya Unud.

5 yaitu (1) bentuk bebas, dan (2) bentuk terikat. Bagian pertama populer dengan nama satua (cerita rakyat), sedangkan yang kedua merupakan bentuk terikat (1980: 13). Bentuk kedua ini sama dengan apa yang disampaikan oleh Bagus di atas. Pembagian kesusastraan Bali juga disampaikan oleh Agastia kedalam dua cara, pertama, tinjauan dari sudut fungsional dan kedua dari sudut struktural (Ibid: 8). Pembagian dari sudut pandang fungsional, dimaksudkan semua hasil kesusastraan yang tersurat dengan menggunakan bahasa Jawa Kuna juga dimasukkan ke dalam kesusastraan Bali. Hal ini didasari atas pertimbangan bahwa hasil kesusastraan Jawa Kuna yang memakai bahasa yang sama (Jawa Kuna/Kawi) masih difungsikan oleh masyarakat Bali, terutama dalam upacara keagamaan, seperti kakawin, kidung, dan parwa. Sedangkan, apabila ditinjau dari sudut struktural maka hanya hasil kesusastraan yang menggunakan bahasa Bali saja dimasukkan sebagai hasil karya sastra Bali. Mengingat, secara struktur bahasa, hanya karya-karya yang menggunakan bahasa Bali saja yang dapat dimasukkan ke dalam kesusastraan Bali. Selanjutnya, dalam tataran modern, kesusastraan Bali dapat dikelompokkan ke dalam bentuk puisi, cerpen, novel, dan drama. Sebelum membahas masing-masing pembagian di atas, alangkah baiknya kita tinjau dulu klasifikasi naskah Bali untuk melihat posisi atau kedudukan kesusastraan Bali itu sendiri dalam tataran teks atau naskah serta buku atau bacaan bagi orang Bali sebagai sumber pengetahuan yang adiluhung yang kita warisi sampai saat ini. II. Kepustakaan (buku) Orang Bali Masyarakat Bali sangat kaya dengan hasil peninggalan nenek moyang yang terekam dalam naskah lontar. Naskah lontar merupakan wahana (writing materials) pencatat peradaban nenek moyang masyarakat Bali yang telah diwariskan berabad-abad silam kepada generasi

6 penerusnya. Lontar Bali banyak macam dan ragamnya. Dalam lontar, tidak saja menyuratkan kisah lewat tulisan dalam hal ini huruf Bali-, namun juga disampaikan lewat bahasa gambar (di Bali dikenal dengan nama lontar prasi). Secara keseluruhan, Nyoman Kadjeng mengklasifikasikan naskah lontar yang tersimpan di Perpustakaan Gedong Kirtya menjadi enam bagian, dan masing-masing bagian dibagi lagi menjadi sub bagian, sebagai berikut. A. Weda: (a) Weda; (b) Mantra; dan (c) Kalpasastra B. Agama: (a) Palakerta; (b) Sasana; (c) Niti C. Wariga: (a) Wariga; (b) Tutur; (c) Kanda; (d) Usada D. Itihasa: (a) Parwa; (b) Kakawin; (c) Kidung; (d) Geguritan (e) Parikan E. Babad: (a) Pamancangah; (b) Usana; (c) Uwug F. Tantri: (a) Tantri; (b) Satua. Belakangan, I Ketut Suwidja menambah pembagian di atas dengan kelompok G yang diberi nama Lelampahan; memuat lakon-lakon pertunjukan kesenian seperti Gambuh, Wayang, Arja, dan sebagainya (t.t.: 11). Pembagian di atas, menurut Agastia (1985: 152) masih menyisakan masalah. Keberatan yang disampaikan, nampaknya masuk akal, terutama berkaitan dengan pengelompokan naskah pada kelompok C. Dalam kelompok C (golongan Wariga) tersebut, selain termuat naskah-naskah Wariga (naskah yang memuat pengetahuan tentang astronomi dan astrologi), juga dimasukkan naskah-naskah Tutur (naskah-naskah pengajaran yang erat hubungannya dengan keagamaan), Kanda (memuat tentang ilmu bahasa, bangunan, dan pengetahuan-pengetahuan khusus), dan Usada (naskah yang memuat pengetahuan pengobatan atau penyembuhan).

 

Sastra Bali Anyar

Sastra Bali Anyar

Course modified date: 5 Mar 2021

keberadaan kesussastraan Bali Anyar dengan baik.

Ida Bagus Made Ludy Paryatna, S. S., M. Pd.

Ida Bagus Made Ludy Paryatna, S. S., M. Pd.

Course modified date: 5 Mar 2021

https://docplayer.info/89610958-Kesusastraan-bali-purwa.html

 

Pertemuan I

Kesusastraan Bali Purwa *) Oleh: Dr. I Wayan Suardiana, M.Hum. (*) I. Pendahuluan Keberadaan kesusastraan Bali sampai saat ini merupakan sejarah yang cukup panjang. Sejarah dimaksud, erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Bali dalam menjaga warisan leluhurnya demi menata kehidupan yang lebih baik sehingga mampu menjawab tantangan zaman. Sebelum memasuki pokok persoalan yang ingin dijawab tulisan ini, selanjutnya akan diuraian sekilas tentang ruang lingkup kesusastraan Bali itu sendiri. Bila kita cermati dan ikuti pembagian dari beberapa pemerhati kesusastraan Bali sebagaimana pula halnya kesusastraan lainnya di Nusantara (tradisional pun modern)- ada beberapa sudut pandang yang digunakan untuk melihat pembagian kesusastraan Bali. I Gusti Ngurah Bagus dan I Ketut Ginarsa membagi kesusastraan Bali itu menjadi dua, yaitu (1) Kesusastraan Bali Purwa dan (2) Kesusastraan Bali Anyar. Selanjutnya Kesusastraan Bali Purwa dibagi lagi menjadi dua bagian, yakni: (a) Kasusastran Gantian (satua, folklor atau cerita rakyat) dan (b) Kasusastran Sesuratan (tulis). Pada bidang kesusastraan Bali purwa yang tergolong kedalam Kasusastran Gantian ini dimasukkan unsur saa (ucapan-ucapan magis); mantra-mantra; gegendingan (nyanyian anak-anak), wewangsalan (tamsil), cecimpedan (teka-teki) serta cerita rakyat (satua) (1978: 4). Pembagian ini tanpa memberi penjelasan lebih lanjut tentang pembagian kesusastraan dalam bentuk sesuratan (tulisnya) di satu sisi dan kesusastraan Bali anyar (modern) di sisi yang lain. Di pihak lain, Agastia yang pada dasarnya mempertegas- pembagian yang disampaikan Bagus di atas, memberikan pembagian kepada kesusastraan Bali lisan klasik menjadi dua bentuk, *) Paper yang dipersembahkan kepada Guru-guru Bahasa Bali se-bali (*) Dosen Program Studi Sastra Bali, Fakultas Ilmu Budaya Unud.

5 yaitu (1) bentuk bebas, dan (2) bentuk terikat. Bagian pertama populer dengan nama satua (cerita rakyat), sedangkan yang kedua merupakan bentuk terikat (1980: 13). Bentuk kedua ini sama dengan apa yang disampaikan oleh Bagus di atas. Pembagian kesusastraan Bali juga disampaikan oleh Agastia kedalam dua cara, pertama, tinjauan dari sudut fungsional dan kedua dari sudut struktural (Ibid: 8). Pembagian dari sudut pandang fungsional, dimaksudkan semua hasil kesusastraan yang tersurat dengan menggunakan bahasa Jawa Kuna juga dimasukkan ke dalam kesusastraan Bali. Hal ini didasari atas pertimbangan bahwa hasil kesusastraan Jawa Kuna yang memakai bahasa yang sama (Jawa Kuna/Kawi) masih difungsikan oleh masyarakat Bali, terutama dalam upacara keagamaan, seperti kakawin, kidung, dan parwa. Sedangkan, apabila ditinjau dari sudut struktural maka hanya hasil kesusastraan yang menggunakan bahasa Bali saja dimasukkan sebagai hasil karya sastra Bali. Mengingat, secara struktur bahasa, hanya karya-karya yang menggunakan bahasa Bali saja yang dapat dimasukkan ke dalam kesusastraan Bali. Selanjutnya, dalam tataran modern, kesusastraan Bali dapat dikelompokkan ke dalam bentuk puisi, cerpen, novel, dan drama. Sebelum membahas masing-masing pembagian di atas, alangkah baiknya kita tinjau dulu klasifikasi naskah Bali untuk melihat posisi atau kedudukan kesusastraan Bali itu sendiri dalam tataran teks atau naskah serta buku atau bacaan bagi orang Bali sebagai sumber pengetahuan yang adiluhung yang kita warisi sampai saat ini. II. Kepustakaan (buku) Orang Bali Masyarakat Bali sangat kaya dengan hasil peninggalan nenek moyang yang terekam dalam naskah lontar. Naskah lontar merupakan wahana (writing materials) pencatat peradaban nenek moyang masyarakat Bali yang telah diwariskan berabad-abad silam kepada generasi

6 penerusnya. Lontar Bali banyak macam dan ragamnya. Dalam lontar, tidak saja menyuratkan kisah lewat tulisan dalam hal ini huruf Bali-, namun juga disampaikan lewat bahasa gambar (di Bali dikenal dengan nama lontar prasi). Secara keseluruhan, Nyoman Kadjeng mengklasifikasikan naskah lontar yang tersimpan di Perpustakaan Gedong Kirtya menjadi enam bagian, dan masing-masing bagian dibagi lagi menjadi sub bagian, sebagai berikut. A. Weda: (a) Weda; (b) Mantra; dan (c) Kalpasastra B. Agama: (a) Palakerta; (b) Sasana; (c) Niti C. Wariga: (a) Wariga; (b) Tutur; (c) Kanda; (d) Usada D. Itihasa: (a) Parwa; (b) Kakawin; (c) Kidung; (d) Geguritan (e) Parikan E. Babad: (a) Pamancangah; (b) Usana; (c) Uwug F. Tantri: (a) Tantri; (b) Satua. Belakangan, I Ketut Suwidja menambah pembagian di atas dengan kelompok G yang diberi nama Lelampahan; memuat lakon-lakon pertunjukan kesenian seperti Gambuh, Wayang, Arja, dan sebagainya (t.t.: 11). Pembagian di atas, menurut Agastia (1985: 152) masih menyisakan masalah. Keberatan yang disampaikan, nampaknya masuk akal, terutama berkaitan dengan pengelompokan naskah pada kelompok C. Dalam kelompok C (golongan Wariga) tersebut, selain termuat naskah-naskah Wariga (naskah yang memuat pengetahuan tentang astronomi dan astrologi), juga dimasukkan naskah-naskah Tutur (naskah-naskah pengajaran yang erat hubungannya dengan keagamaan), Kanda (memuat tentang ilmu bahasa, bangunan, dan pengetahuan-pengetahuan khusus), dan Usada (naskah yang memuat pengetahuan pengobatan atau penyembuhan).

  • Enrolled students: There are no students enrolled in this course.
Kebudayaan Bali

Kebudayaan Bali

Course modified date: 5 Mar 2021

Sejarah kebudayaan merupakan bidang ilmu yang merupakan hasil akumulasi dari beberapa bidang disiplin Ilmu, seperti Antropologi, Sejarah, dan Kebudayaan.  Membicarakan Sejarah Kebudayaan mau tidak mau kita akan bersinggungan dengan ketiga bidang ilmu di atas dan tentunya juga dengan istilah-istilah dalam bidang keilmuan tersebut. Konsep dasarnya adalah kajian kebudayaan, kacamatanya adalah kajian sejarah, dan pe-rekonstruksinya adalah hasil penggalian dan hipotesa antropologi. Diperlukan kejelian dalam memberikan porsi antara ketiganya hingga tujuan perkuliahan ini dapat tercapai sesuai harapan, dimana hakekat mendasar dari periodeisasi kelahiran budaya dan faktor-faktor pemicu munculnya kebudayaan dan peradaban manusia dapat di pahami oleh mahasiswa.

TATA KRUNA BASA BALI

TATA KRUNA BASA BALI

Course modified date: 26 Feb 2021

Matakuliah puniki mahbahang sapunapi seseleh tata pawangunan kruna sajeroning basa Bali

Sosiolinguistik kopi 1

Sosiolinguistik kopi 1

Course modified date: 26 Feb 2021

Matakuliah malajahin indik seseleh paiketan widya basa sareng widya pakraman (sosiolinguistik)

Komputerisasi Aksara Bali

Komputerisasi Aksara Bali

Course modified date: 26 Feb 2021

Sajeroning matakuliah puniki mahasisia pacang malajahin indik pangolahan aksara Bali sajeroning piranti komputer

SOSIOLINGUISTIK kopi 2

SOSIOLINGUISTIK kopi 2

Course modified date: 26 Feb 2021

Matakuliah puniki madaging seseleh indik paiketan widya basa sareng widya pakraman

JURNALISTIK

JURNALISTIK

Course modified date: 5 Mar 2021

Sajeroning matakuliah puniki mahasisia pacang mlajahin indik sapulahpalih mupulang, nyurat, miwah nguningayang orti ring kramane.

Ida Bagus Made Ludy Paryatna, S.S., M. Pd.

Ida Bagus Made Ludy Paryatna, S.S., M. Pd.

Course modified date: 4 Feb 2021

Periodisasi Sastra Bali Jaman Bali Kuna.

Periodisasi Sastra Bali di Jaman Gel-gel pada masa kehadiran Dang Hyang Nirartha.

Periodisasi Sastra Bali Jaman Pertengahan Klungkung. 

KESUSASTRAAN BALI PURWA 2A

KESUSASTRAAN BALI PURWA 2A

Course modified date: 4 Feb 2021

KESUSASTRAAN BALI PURWA ADALAH PEMAHAMAN TENTANG PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN BALI MENURUT PERIODISASI.